Apa yang dilakukan oleh seorang presiden Negara adidaya
setelah kembali menjadi seorang warga biasa? Jimmy Carter memilih untuk terus
melayani masyarakat. Apa bila berada di
kota kelahirannya pada akhir pecan, ia menyempatkan diri mengajar sekolah
Minggu. Berita akan hal ini tersebar, dan busbus turis mulai memadati tempat
parker Maranatha Baptis Church. Jemaat yang beranggotakan 80-100 orang ini
dibanjiri oleh 300, 500, bahkan 1.000 pengunjung pada hari minggu tertentu.
CNN menyumbangkan beberapa kamera bekas, sehingga pengunjung
yang tidak kebagian tempat bisa menyaksikan kelas sekolah Minggu itu di ruang
lain. Jimmy dan Rosalyn Carter dengan ramah akan menerima ajakan untuk berfoto
bersama—seusai kebaktian. Jadi, pendeta gereja tersebut, Dan Ariail, harus
berkhotbah pada ratusan pengunjung – banyak di antaranya yang baru pertama kali
mendengarkan Injil—tanpa membuat jemaatnya sendiri merasa bosan.
Pada suatu Minggu, dating pengunjung dari 28 negara. Banyak
di anataranya yang sekedar ingin bertemu dengan mantan presiden Amerika Serikat
itu. Namun,banyak pula yang berkata, “ini untuk pertama kalinya saya dating ke
gereja.” Beberapa orang terdorong untuk lebih tekun beribadah.
Petani Kacang
Jimmy Carter lahir di Pains, Georgia, pada tanggal 1 Oktober
1924. Lulus dari Akademi Angkatan Laut AS pada tahun 1946,menjadi perwira,
kemudian diangkat menjadi insinyur nuklir.
Pada tanggal 7 Juli 1946, ia menikah dengan Rosalynn Smith.
Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1953, ia mengundurkan diri dari angkatan
laut dan mengola pertanian keluarga. Ia segera menjadi tokoh yang disegani di
tengah masyarakat, dan pada tahun 1971 ia terpilih menjadi Gubernur Georgia.
Akhir tahun 1974, ia mencalonkan diri sebagai presiden
amerika Serikat. Di Tegah goncangan skandal Watergate, rakyat Amerika menyambut
seorang warga biasa, seorang petani kacang dengan senyuman khas, yang berjanji
tidak akan pernah berdusta. Jimmy Carter terpilih sebagai presiden ke -39
Amerika Serikat pada November 1976.
Ia menjabat selama satu periode. Perjanjian Camp David,
perjanjian damai antara Mesir dan Israel, ditandatangani pada masa jabatannya.
Begitu juga perjanjian SALT II denga Uni Soviet dan pembukaan hubungan
diplomatic AS-RRC. Selain itu, ia dikenal sebagai pendukung penegakan hak-hak
asasi manusia.
Namun, ada juga sejumlah persoalan serius. Invasi Soviet ke
Afghanistan mengakibatkan penundaan rencana penandatanganan perjanjian SALT II.
Skandal sandera di Iran menjadi sorotan
selama 14 bulan terakhir masa jabatannya. Diiringi dengan inflansi di dalam
negeri, popularitas Carter pun merosot. Ia kalah dalam pemilu 1980.
Ia kembali ke Plains sebagai orang gagal. Orang-orang Parta
Demokrat mencemoohnya dan sejumlah poll menyebutnya sebagai presiden terburuk
dalam sejarah Amerika. Bisnis keluarganya, yang dipercayakan pada seorang
kerabat, menumpuk utang sejuta dolar.
Bangkit Kembali
Dengan pijakan yangrapuh itu, Carter mencoba bangkit
kembali. Setelah menulis buku untuk melunasi utang, ia mendirikan Carter Center
di Atlanta. Karena ia banyak bergerak dalam bidang hak-hak asasi manusia,
banyak Negara berkembang memandangnya sebagai pemipin yang hebat. Carter pun
mencetuskan proyek-proyek visioner.
Ia membentuk badan pemantau pemilu di seluruh dunia
(termasuk di Indonesia dan Timor Timur) tahun 1999). Dukungan terhadap Habitat
for Humanity menjadi publikasi tersendiri dan sekaligus mengundang sumbangan
dana, bagi organisasi yang tengah berkembang itu. Yayasannya juga memperhatikan
penyakit-penyakit yang masih menwabah di Negara-negara miskin. Kini, penyakit
cacing guine dan kebutaan nyaris sudah tidak ditemui lagi.
Di kotanya sendiri, ia memanfaatkan dengan baik pengaruhnya.
Ketika Millard Fuller dari Habitat for Humanity menyatakan bahwa yayasannya
telah berhasil menghapus semua semua rumah berkualitas substandard di Sumter
Country, Carter meneleponnya, memberitahukan soal Josephine, yang rumahnya
berlubang-lubang dan ditambal dengan kain bekas. Seorang wanita muda di
gerejanya cacat wajah parah akibat kelainan genetic; Carter menelepon kepala
Emory Hospital di Atlanta untuk membantu wanita itu manjalani bedah plastic.
Mendapat Nobel
Reputasi Carter telah pulih. Pada tahun 2002, ia dianugerahi
Nobel Perdamaian. “Saya Menyembah Yesus Kristus, yang oleh kami orang Kristen
dianggap sebagai Raja Damai. Sebagai orang Yehudi, Ia mengajari kami untuk
melintasi batas-batas keagamaan dalam hal saling melayani dan saling mengasihi.
Ia berulang-ulang menjangkau orang Romawi yang menjajah bangsanya,
bangsa-bangsa bukan Yehudi lainnya, dan Bahkan orang Samaria yang direndahkan
oleh orang Yehudi,”katanya dalam pidato penerimaan.
“ Namun sekarang ini adalah masa yang sangat menantang dan
membingungkan bagi mereka yang hidupnya terbentuk oleh kepercayaan yang
dilandasi oleh ajaran untuk berbuat baik terhadapa satu sama lain, “ lanjutnya.
“ Kita diingatkan bahwa perbuatan yang keji dan tidak manusiawi dapat bersumber
dari kepercayaan teologis yang menyimpang, seperti yang ditunjukkan oleh para
pelaku bom bunuh diri. Ia menewaskan banyak orang yang tidak bersalah dengan
kedok mematuhi kehendak Tuhan.
Kini ia termasuk dalam jajaran presiden yang paling
dikagumi. Seandainya ada yang mengadakan kontes mantan presiden terbaik, tidak
ayal lagi ia akan menang mutlak. Kisah hidupnya mengingatkan kita pada
pernyataan yang paling sering diulang dalam Injil:”Karena barangsiapa yang mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku dank arena Injil, Ia akan menyelamatkannya”
(Markus 8:35).
Ketika diwawancarai oleh Barbara Walter, Carter tertegun
oleh satu pertanyaan. Ia diminta untuk merenungkan masa hidupnya yang penuh
warna—perwira AL, insinyur nuklir, petani kacang, gubernur, presiden, -- dan
menyebutkan masa hidup yang paling dia nikmati. Ia berpikir sejenak, kemudian
mengembangkan senyum khasnya dan berujar, “Sekarang”.
Dimuat di Bahana, Juli 2004
No comments:
Post a Comment